Kualitas Kolektif vs. Kualitas Individu

Kualitas Kolektif vs. Kualitas Individu

“Fasisme, Nazisme, Komunisme, dan Sosialisme hanyalah variasi dangkal dari tema mengerikan yang sama – Kolektivisme.” – Ayn Rand

Dulu waktu kuliah gua dibenci sama temen2 gua karena gua kelihatan memiliki kualitas individu yg lebih baik. Gua sih biasa2 aja. Tapi mereka ngerasa kalo secara individu kualitas gua lebih baik daripada mereka perseorangan. Maka mereka enggan buat berteman sama gua, dan coba mengutamakan kualitas kolektif dibanding individu, di mana mereka merasa kurang kalo dibanding gua.

Ini merupakan sebuah fenomena yg umum, di mana kita harus memilih untuk lebih mementingkan kualitas individu atau kolektif. Coba kalian lihat sepak bola, itu lebih penting kualitas individu atau kolektif menurut kalian? Manchester United, Real Madrid, Barcelona (ingat Messi), itu lebih penting kualitas individu atau kolektif?

Dalam beberapa kasus, orang memang lebih mengagungkan kolektivitas karena takut menghadapi persaingan individu. Mereka berpikir, kalau kemungkinan kalah untuk bersaing secara individu lebih besar, maka sebaiknya mereka mulai mengutamakan kolektivitas.

Dan itu juga terjadi pada gua, dulu waktu kuliah. Temen2 gua mulai mengutamakan kualitas kolektif, maka gua yg secara individu memiliki kualitas yg lebih baik jadi tidak dimasukkan dalam grup kolektif mereka.

Sama halnya dengan sepak bola yg dianggap sebagai olahraga tim yg mengandalkan kerja sama. Beberapa dari kita mungkin berpikir bahwa sepak bola itu harusnya mengutamakan kualitas kolektif, dibanding kualitas perseorangan. Namun faktanya, pemain dengan kualitas individu tinggi tetap menjadi faktor penentu kemenangan (contoh: Messi, Ronaldo, dll). Keseimbangan antara kualitas individu dan kolektif diperlukan, namun individu yg unggul tetap lebih berpengaruh dan lebih bernilai, daripada kemenangan sebuah tim.

Lalu dalam konteks sosial dan politik, dampak pemikiran yg mengagungkan kolektivitas dibanding kualitas individu ini dapat berujung pada pemikiran ekstrem, seperti fasisme, nazisme, komunisme. Menggaung2kan bahwa kolektivitas lebih penting drpd kualitas individu dapat membawa pemahaman keliru bahwa keberhasilan itu selayaknya terjadi karena keberhasilan suatu kelompok, bukan karena satu individu yg brilian.

Buat gua, kepada temen gua waktu kuliah dulu yg mengutamakan kolektivitas dan mengabaikan gua secara individu; gua tau pada akhirnya ketika kalian juara juga, kemenangan itu bukanlah buat tim, bukan buat kalian dan temen2 kalian. Gua tau keberhasilan yg kalian perjuangkan secara kolektif itu sebenarnya adalah untuk keberhasilan secara individu. Gua tahu kalaulah kalian juara itu adalah buat masing2 diri kalian sendiri. Kalian menjadi kolektif hanya sampai ketika masing2 dari kalian sukses, lalu kalian akan membuang alasan kolektivitas, dan kemudian berteriak bahwa kemenangan ini adalah berkat kualitas individu, kamu. Kolektivitas kalian adalah topeng kemunafikan.

Sama halnya dengan para Top Tier Haters yg gua kasih lihat di YouTube gua kemarin. Mereka berdalih bahwa secara kolektif, mereka sebagai sebuah negara tidak akan kalah oleh satu individu (gua). Padahal negara mereka juga sebenarnya tidak mendukung mereka. Dalih dukungan negara mereka hanyalah alasan untuk memenangi ego mereka secara individu. Lagipula pada akhirnya mereka kalah. Dan negara mereka harus menanggung akibatnya.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *